KataKunci: Aksara Jawa, Media, Revitalisasi PENDAHULUAN Aksara Jawa dikenal juga sebagai hanacaraka, merupakan salah satu aksara daerah tradisional di Nusantara. Dalam kesehariannya, penggunaan aksara Jawa telah digantikan dengan huruf latin yang dahulu dikenalkan oleh Belanda pada abad ke-19. Dibanding aksara di daerah

Kabar baik bagi penggemar aksara Jawa Hanacaraka ! Microsoft sudah mendukung aksara Hanacaraka ini mulai dari Windows 10, dan Microsoft Office mulai versi 2016 versi atau yang lebih baru dan Office 365. Aksara Hanacaraka ini sudah dalam bentuk UNICODE, dan bisa ditampilkan dengan baik di seluruh aplikasi/software yang mendukung UNICODE UA980. Pengetikan aksara Hanacaraka ini hanya bisa dilakukan melalui keyboard yang sesuai built in di Windows 10, atau melalui aplikasi tambahan. Untuk menuliskan aksara Hanacaraka ini di Windows 10 maka lakukan langkah-langkah berikut 1. Pastikan bahwa Anda menggunakan Windows 10 versi terakhir Lakukan update, caranya update Kemudian pilih check for update, dan install 2. Pastikan bahwa Anda menggunakan Office 2016 versi terakhir Lakukan Windows Keyword Kemudian pilih "file" lalu "account" Di atas terlihat bahwa Office yang saya gunakan adalah versi Jadi ini adalah versi yang benar. Jika Anda menggunakan versi yang lebih lama, silahkan update dahulu sebelum melangkah maju. Perhatian Sampai saat tulisan ini dibuat Word dari Office di Mac tidak mendukung aksara Jawa Hanacaraka karena sistem operasi Mac OS X memang sampai saat ini belum mendukung aksara ini. 3. Pastikan Komputer Anda di Region Indonesia Lakukan Windows Key region Pilih "Region and Language Setting" Pilih INDONESIA 4. Pastikan font Javanese Text ada di Komputer Anda Lakukan Windows Key fonts Search "javanese" , nanti akan muncul pilihan "javanese text regular" , silahkan pilih. Jika warna icon abu-abu , artinya font ini masih tersembunyi. Pilih opsi "show" 5. Tambahkan Keyboard Bahasa Jawa Lakukan Windows Key language Lalu pilih "add a language" , dan search "javanese" PENULISAN AKSARA JAWA HANACARAKA Setelah kedua langkah di atas diikuti, maka sekarang kita bisa menulis aksara jawa secara mudah. Perhatian Microsoft Office baru mendukung aksara Hanacaraka ini dengan sempurna di Office 2016 versi atau yang lebih baru dan Office 365. Microsoft Office versi yang lebih lama akan salah menampilkan aksara Hanacaraka. Jika Anda tidak memiliki Microsoft Office yang dimaksud, Anda tetap bisa menulis aksara ini menggunakan aplikasi WORLDPAD gratis bisa didownload di sini. Untuk menghidupkan keyboard Jawa, kita bisa klik icon keyboard kanan bawah. Jika tertulis "IND" artinya kita sedang menggunakan keyboard "Bahasa Indonesia", jika tertulis "ENG" artinya keyboard bahasa Inggris. Di bawah ini contoh bahwa keyboard yang saya gunakan adalah bahasa Indonesia. Begitu IND ditekan maka akan muncul pilihan keyboard lain, misalnya seperti ini Terlihat di situ bahwa kita bisa memilih berbagai jenis aksara yang lain. Pilih Javanese untuk mengetik aksara jawa. Begitu diklik maka tanda keyboard berubah menjadi seperti ini huruf bunyinya JA = JAWA Cara lain untuk berpindah keyboard adalah dengan menekan Windows Key Space Untuk pengguna Tablet tanpa keyboard fisik, Windows 10 juga menyediakan virtual keyboard, silahkan tekan gambar keyboard di taskbar, maka keyboard virtual akan muncul di layar Cara Penulisan Sekarang silahkan buka salah satu aplikasi dari Office 2016, bisa Word, Power Point, atau Excel. Di contoh berikut ini saya akan menggunakan Word.. Aksara Hanacaraka by default merupakan suku kata yang berbunyi "a" terdengar seperti "o" bagi telinga non-Jawa. Tekan tombol-tombol berikut untuk menuliskan ha [h], na [n], ca [c], ra [r], ka [k] da [d], t [t], sa [s], wa [w], la [l] pa [p], dha [shift+d], ja [j], ya [y], nya [z] ma [m], ga [g], ba [b], tha [;], nga [x] Untuk suku kata yang berbunyi selain "a" maka perlu diberikan sandangan i [I] atau [shift-i] –> disini [dIsInI] u [U] –> susu [sUsU] e taling [E] –> desa [dEs] e pepet [Q] –> kesini [kQsInI] o [O] –> koko [kOkO] Menulis suku kata dengan akhiran tertentu akhiran “ng” [X] –> berang [bQrX] akhiran “r” [Z] –> mahar [mhZ] akhiran “h” [H] –> rumah [rUmH] Menulis huruf mati di belakang suku kata, gunakan “/” di akhir suku kata sakit [skIt/] Menulis kombinasi konsonan pasangan Pada umumnya cukup tambahkan “/” di belakang huruf yang dimatikan. Misal sigma [sIg/m] Pasangan wa [W] –> bahwa [bhW] Pasangan la [L] –> kiblat [kIbLt/] Pasangan ya [Y] –> rakyat [rkYt/] Pasangan ra [R] –> tabrak [tbRk/], krupuk [kRUpUk/] Pasangan re pepet [F] –> nrenyuh [nFzUH] Menulis angka Tulis angka seperti biasa, misal tulis 1 untuk menulis angka 1 dalam aksara jawa Menulis tanda baca pada adeg-adeg [`] pada lingsa/koma [,] pada lungsi/titik [.] pada pangkat/titik dua [<] pada andap [^] pada madya [&] pada luhur [*] pada guru [` `] pada puncak [. .] Menulis Aksara Rekan ini merupakan aksara-aksara hasil serapan dari bahasa Arab dan Belanda kha [kM] dza [dM] fa [pM] va [wM] za [jM] gha [gM] Contoh Penulisan HANACARAKA [hncrk] NAMA SAYA HANA [nmsyhn] APA KABAR [hpkbZ] Contoh lagu gambang suling ditulis menggunakan aksara jawa Gambang suling, kumandhang suarane. [`gm/bXsUlIX, kUmn/DXs/wrnE.] Thulat thulit kepenak unine. [;Ult/;UlIt/kQpEnk/hUnInE.] Uuu…uuu…uuu…uuu…unine mung [hUhUhUhUhUnInEmUX] Nrenyuhake baa…reng [nFzUHhkEbFX] Lan kentrung ke…tipung suling [ln/kQn/tRUXkQtIpUXsUlIX] Sigrak kendhangane. [sIgRk/kQn/DXxn/nE.]Berikut ini adalah lagu Gambang Suling tertulis dalam format Unicode. Jika browser Anda mendukung diperlukan Edge atau Internet Explorer di Windows 10 maka Anda akan melihat aksara Jawa Hanacaraka yang tepat. Jika Anda menggunakan Firefox atau Chrome maka kemungkinan akan muncul spasi di antara beberapa huruf tertentu, ini disebabkan oleh rendering engine yang belum mendukung UNICODE secara sempurna. ꦒꦩ꧀ꦧꦁꦱꦸꦭꦶꦁ꧈ꦏꦸꦩꦤ꧀ꦣꦁꦱꦸꦮꦫꦤꦺ꧉ ꦛꦸꦭꦭꦠ꧀ꦛꦸꦭꦶꦠ꧀ꦏꦼꦥꦺꦤꦏ꧀ꦲꦸꦤꦶꦤꦺ꧉ ꦲꦸꦲꦸꦲꦸꦲꦸꦲꦸꦤꦶꦤꦺꦩꦸꦁ ꦤꦽꦚꦸꦃꦲꦏꦺꦧꦿꦁ ꦭꦤ꧀ꦏꦼꦤ꧀ꦠꦿꦸꦁꦏꦼꦠꦶꦥꦸꦁꦱꦸꦭꦶꦁ ꦱꦶꦒꦿꦏ꧀ꦏꦼꦤ꧀ꦣꦔꦤ꧀ꦤꦺ꧉ Aksaraini memiliki beberapa varian bentuk, tergantung bahasa dan wilayah. Secara garis besar, ada lima varian Surat Batak di Sumatra, yaitu Angkola-Mandailing, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Toba. Aksara ini wajib diketahui oleh para datu, yaitu orang yang dihormati oleh masyarakat Batak karena menguasai ilmu sihir, ramal, dan penanggalan.
Berapa banyak jenis aksara yang kamu ketahui?Di kehidupan kita yang sudah sangat modern ini mungkin kita hanya menyadari satu jenis aksara, yakni aksara Latin. Namun, perlu diingat kalau Indonesia sebenarnya juga punya jenis aksara khas yang berjumlah 12 aksara, yakni aksara Jawa, Bali, Sunda Kuno, Bugis/Lontara, Rejang, Lampung, Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Mandailing, dan Kerinci/Rencong. Salah satu yang paling kita kenal adalah aksara perjalanan sejarahnya, aksara Jawa dan beberapa aksara nusantara lainnya sebenarnya merupakan turunan dari aksara Pallawa yang digunakan sekitar abad ke-4 Masehi. Lalu seiring perkembangan zaman pula, aksara Hanacaraka mengalami beragam perubahan bentuk dan komposisi hingga seperti yang kita kenal sampai saat Jawa yang sering disebut dengan "Hanacaraka" merupakan aksara jenis abugida turunan dari aksara Brahmi. Dari segi bentuknya, aksara "Hanacaraka" punya kemiripan dengan aksara Sunda dan Bali. Untuk aksara Jawa sendiri merupakan varian modern dari aksara Kawi, salah satu aksara Brahmi hasil perkembangan aksara Pallawa yang berkembang di masa berjayanya kerajaan-kerajaan Islam, tepatnya dari zaman Kesultanan Demak hingga Pajang, teks dari masa tersebut diwakili dengan serat Suluk Wijil dan serat Ajisaka. Pada masa itu diperkenalkan urutan pangram Hanacaraka untuk memudahkan pengikatan 20 konsonan yang digunakan dalam bahasa Jawa. Urutan tersebut terdiri dari 4 baris dengan tiap baros terdiri dari 5 aksara yang menyerupai ada pula cerita asal-usul aksara Hanacaraka menurut cerita legenda yang kita kenal dengan kisah menurut legenda, aksara Hanacaraka terlahir dari cerita pemuda sakti bernama Ajisaka yang pergi mengembara ke Kerajaan Medhangkamulan. Kerajaan tersebut memiliki seorang raja bernama Dewata Cengkar yang amat rakus dan senang memakan daging manusia. Rakyatnya banyak yang ketakutan dengan kebiasaan rajanya tersebut. Demi menghentikan kebiasaan sang raja, Ajisaka pun bertolak memiliki dua orang abdi yang sangat setia bernama Dora dan Sembada. Suatu ketika, Ajisaka pergi mengembara ke Kerajaan Medhangkamulan dan mengajak Dora untuk menemaninya. Sementara itu, Sembada diperintah untuk tetap tinggal di Pulau Majethi karena harus menjaga keris pusaka milik Ajisaka agar tidak jatuh ke tangan orang lain selain di Kerajaan Medhangkamulan, Ajisaka segera menghadap Prabu Dewata Cengkar untuk meminta sebidang tanah seukuran kain surban kepalanya. Permintaannya ini adalah sebagai syarat bahwa Ajisaka bersedia menjadi santapan sang Raja asalkan ia mendapatkan tanah yang ia mau. Akhirnya, Prabu Dewata Cengkat mengamini permohonan Ajisaka. Ia mengukur tanah menggunakan kain surban Ajisaka, namun tak disangka kain surban tersebut semakin lama semakin meluas hingga membuat Prabu Dewata Cengkar mundur dan terus mundur sampai mendekati jurang pantai sekali Prabu Dewata Cengkar tidak dapat menyelamatkan diri dan mati terjatuh dari jurang. Sejak saat itu Ajisaka diangkat menjadi raja di Kerajaan Ajisaka teringat dengan pusakanya yang ditinggal di Pulau Majethi. Ia pun mengutus Dora untuk mengambilnya dari Sembada. Sesampainya di Pulau Majethi, Dora segera meminta pusaka Ajisaka yang dijaga oleh Sembada, namun rekannya itu tidak mau memberikan pusaka tersebut karena teringat dengan perintah Ajisaka. Sementara itu, Dora juga bersikukuh bahwa apa yang dilakukannya adalah perintah dari Ajisaka. Merekapun berdebat dan bergelut. Sayang sekali, keduanya akhirnya kedua abdinya tewas, Ajisaka pun menyesali apa yang telah dilakukannya. Lantas untuk mengenang, ia melantunkan pantun Hanacaraka yang penuh maknaHa Na Ca Ra Ka Ada sebuah kisahDa Ta Sa Wa LaTerjadi sebuah pertarunganPa Dha Ja Ya NyaMereka sama-sama saktiMa Ga Ba Tha NgaDan akhirnya semuanya matiMakna filosofis aksara HanacarakaDari kisah-kisah tersebut, kita bisa menarik simpulan bahwa aksara Hanacaraka memiliki makna filosofi yang bijaksana. Makna filosofis tersebut bisa dipaparkan seperti di bawah iniHa-Na-Ca-Ra-Ka artinya adalah ”utusan” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Hal ini menunjukkan adanya pencipta Tuhan, ciptaan manusia, dan tugas yang diberikan Tuhan kepada berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan "data" atau saatnya dipanggil tidak boleh "sawala" atau mengelak. Dalam hidup ini manusia harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak menunjukkan menyatunya zat pemberi hidup Ilahi dengan yang diberi hidup makhluk. Makna filosofisnya, setiap batin manusia pasti sesuai dengan apa yang berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan . Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk diolah dari berbagai sumberCek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Mediumpanulisane nganggo aksara Latin lan dudu aksara Jawa hanacaraka utawa Palawa Basa ekspresine basa Jawa moderen Jawa krama utawa ngoko, lan tinarbuka marang lumebune kosakata basa Indonesia lan asing. Ya Ki Padmasusastra iki kagolong tokoh intelek ing babagan penggajaran basa Jawa dhek taun 1900-an. Krana kewasisane,

Aksara Jawa atau dikenal dengan nama hanacaraka atau carakan adalah aksara jenis abugida turunan aksara Brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Makasar, bahasa Madura[rujukan?], bahasa Melayu[rujukan?] Pasar, bahasa Sunda[1], bahasa Bali[rujukan?], dan bahasa Sasak[1]. Bentuk aksara Jawa yang sekarang dipakai modern sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram abad ke-17 tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida. Kelompok aksara Pada bentuknya yang asli, aksara Jawa Hanacaraka ditulis menggantung di bawah garis, seperti aksara Hindi. Namun demikian, pengajaran modern sekarang menuliskannya di atas garis. Aksara hanacaraka Jawa memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf “utama” aksara murda, ada yang tidak berpasangan, 8 pasangan huruf utama, lima aksara swara huruf vokal depan, lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan pada. Huruf dasar aksara nglegena Pada aksara Jawa hanacaraka baku terdapat 20 huruf dasar aksara nglegena, yang biasa diurutkan menjadi suatu “cerita pendek” Kelompok aksara Pada bentuknya yang asli, aksara Jawa Hanacaraka ditulis menggantung di bawah garis, seperti aksara Hindi. Namun demikian, pengajaran modern sekarang menuliskannya di atas biasa diurutkan menjadi suatu “cerita pendek” Aksara nglegena Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga Huruf pasangan Aksara pasangan Pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan mangan sega makan nasi akan diperlukan pasangan untuk “se” agar “n” pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan “s” tulisan akan terbaca manganasega makanlah nasi. Tatacara penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata. Berikut ini adalah daftar pasangan Aksara pasangan Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga Huruf utama aksara murda Pada aksara hanacaraka memiliki bentuk murda hampir setara dengan huruf kapital yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan nama gelar, nama diri, nama geografi, nama lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan Kata-kata dalam Bahasa Indonesia yang menunjukkan hal-hal diatas biasanya diawali dengan huruf besar atau kapital. Untuk itulah pada perangkat lunak ini kita gunakan huruf kapital untuk menuliskan aksara murda atau pasangannya Berikut ini adalah aksara murda serta pasangan murda Aksara murda Na murda Ka murda Ta murda Sa murda Pa murda Nya murda Ga murda Ba murda Pasangan Na murda Ka murda Ta murda Sa murda Pa murda Nya murda Ga murda Ba murda Huruf Vokal Mandiri aksara swara Aksara swara A E I O U Huruf tambahan aksara rèkan Aksara rèkan Gha Fa / Va Kha Dza Za Huruf Vokal tidak Mandiri sandhangan Nama Sandhangan Aksara Jawa Keterangan Wulu tanda vokal i Suku tanda vokal u Taling tanda vokal é Pepet tanda vokal e Taling Tarung tanda vokal o Layar tanda ganti konsonan r Wignyan tanda ganti konsonan h Cecak tanda ganti konsonan ng Pangkon tanda penghilang vokal Péngkal tanda ganti konsonan ya Cakra tanda ganti konsonan ra Cakra keret tanda ganti konsonan re Tanda-tanda Baca pratandha Tanda baca Aksara Jawa Keterangan Adeg-adeg tanda awal kalimat Pada lingsa tanda koma Pada lungsi tanda titik Pada pangkat penanda angka Pada guru Awalan surat/cerita Pada pancak Akhir surat/cerita Pada luhur Awal surat untuk derajat lebih tinggi Pada madya Awal surat untuk derajat sebaya Pada andhap Awal surat untuk derajat lebih rendah Purwa pada Awalan tembang Madya pada Tengah tembang bait Wasana pada Akhir tembang Gaya Penulisan Style, Gagrag Aksara Jawa Berdasarkan Bentuk aksara Penulisan aksara Jawa dibagi menjadi 3 yakni Ngetumbar Mbata Sarimbag Mucuk eri Berdasarkan Daerah Asal Pujangga/Manuskrip, dikenal gaya penulisan aksara Jawa Jogjakarta Surakarta Lainnya Aturan baku penggunaan hanacaraka Penggunaan pengejaan hanacaraka pertama kali dilokakaryakan pada tahun 1926 untuk menyeragamkan tata cara penulisan menggunakan aksara ini, sejalan dengan makin meningkatnya volume cetakan menggunakan aksara ini, meskipun pada saat yang sama penggunaan huruf arab pegon dan huruf latin bagi teks-teks berbahasa Jawa juga meningkat frekuensinya. Pertemuan pertama ini menghasilkan Wewaton Sriwedari “Ketetapan Sriwedari”, yang memberi landasan dasar bagi pengejaan tulisan. Nama Sriwedari digunakan karena lokakarya itu berlangsung di Sriwedari, Surakarta. Salah satu perubahan yang penting adalah pengurangan penggunaan taling-tarung bagi bunyi /o/. Alih-alih menuliskan “Ronggawarsita” bentuk ini banyak dipakai pada naskah-naskah abad ke-19, dengan ejaan baru penulisan menjadi “Ranggawarsita”, mengurangi penggunaan taling-tarung. Modifikasi ejaan baru dilakukan lagi tujuh puluh tahun kemudian, seiring dengan keprihatinan para ahli mengenai turunnya minat generasi baru dalam mempelajari tulisan hanacaraka. Kemudian dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama SKB tiga gubernur Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur pada tahun 1996 yang berusaha menyelaraskan tata cara penulisan yang diajarkan di sekolah-sekolah di ketiga provinsi tersebut. Tonggak perubahan lainnya adalah aturan yang dikeluarkan pada Kongres Basa Jawa III, 15-21 Juli 2001 di Yogyakarta. Perubahan yang dihasilkan kongres ini adalah beberapa penyederhanaan penulisan bentuk-bentuk gabungan kata dasar + imbuhan. Perubahan Aksara Pallawa ke Aksara-Aksara Nusantara Perbandingan aksara Jawa dan aksara Bali Hanacaraka gaya Jawa, aksara-aksara dasar Hanacaraka gaya Bali, aksara-aksara dasar Penulisan Aksara Jawa dalam Cacarakan Sunda Ada sedikit perbedaan dalam Cacarakan Sunda dimana aksara “Nya” dituliskan dengan menggunakan aksara “Na” yang mendapat pasangan “Nya”. Sedangkan Aksara “Da” dan “Tha” tidak digunakan dalam Cacarakan Sunda. Juga ada penambahan aksara Vokal Mandiri “É” dan “Eu”, sandhangan “eu” dan “tolong”

Dalampostingan kali ini saya hanya akan membahas Aksara Nglenggena atau Huruf. Utama. Dimana terdapat 20 aksara nglenggena. Aksara nglenggena ini merupakan aksara utama atau bisa juga disebut aksara induk. Mari kita simak: Aksara Jawa. Sekarang kita coba cara mudah menghafalnya. 1. Cari aksara yang bentuknya mudah dihafal. Bangsaurang harita henteu wanoh kana aksara Latén, Ngeunaan karancagéan ibu Lasmi, bangunna mah turunan ti ramana. Ramana teh kagolong pangarang anu geus kamashur, nu katelah Raden Haji Moehamad Moesa –Kapala Panghulu Kabupaten Garut nu ngarangkep jadi Panaséhat Pamaréntah mangsa harita, kitu deui sareng raina ibu Lasmi nya
Setiapaksara memiliki pasangannya masing-masing. Fungsi pasangan pada aksara Jawa adalah untuk mematikan vokal menjadi konsonan serta menghubungkan dua suku kata tertutup. Bentuk pasangan dalam aksara Jawa adalah sebagai berikut: Perbesar. Ilustrasi Aksara Jawa Pasangan. Sumber: ban-PT.or.id.
0 Baca Artikel. Batakpedia.org- Surat Batak adalah nama aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa-bahasa Batak yaitu bahasa Angkola-Mandailing, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Toba. Surat Batak masih berkerabat dengan aksara Nusantara lainnya seperti Surat Ulu di Bengkulu dan Sumatra Selatan, Surat Incung di Kerinci, dan Had Lampung .
Padahalaman 132 sampai halaman 176 yang mengandung teks tersebut, penyalin manuskrip ini menggunakan dua aksara secara bergantian, yaitu aksara Pegon dan aksara Hanacaraka. Kedua aksara itu ditulis dengan tinta yang sama. Tidak dilihat sama sekali petunjuk bahwa teks Hanacaraka itu ditambahkan sesudah aksara Pegonnya.
TEMPOCO, Jakarta - Dalam rangka menyambut Hari Aksara Internasional (HAI), pada tanggal 8 September 2021, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mencanangkan Yogyakarta sebagai “Kota Hanacaraka”. Pencanangan ini dimaksudkan sebagai upaya menjaga keberlangsungan aksara Jawa di era digital, sekaligus sebagai upaya ffhNL.
  • j6a0d17xb9.pages.dev/311
  • j6a0d17xb9.pages.dev/492
  • j6a0d17xb9.pages.dev/536
  • j6a0d17xb9.pages.dev/870
  • j6a0d17xb9.pages.dev/140
  • j6a0d17xb9.pages.dev/114
  • j6a0d17xb9.pages.dev/467
  • j6a0d17xb9.pages.dev/90
  • j6a0d17xb9.pages.dev/123
  • j6a0d17xb9.pages.dev/469
  • j6a0d17xb9.pages.dev/380
  • j6a0d17xb9.pages.dev/442
  • j6a0d17xb9.pages.dev/447
  • j6a0d17xb9.pages.dev/689
  • j6a0d17xb9.pages.dev/408
  • aksara hanacaraka kagolong aksara jenis